Pasukan
Semut Gubuk Ilmu
“boni
kenapa kamu kesini, pulang cepat! bantu
emak jualan di pasar” seorang perempuan paruh baya menarik seorang anak yang
berada dalam ruangan seperti gubuk reot beratapkan jerami.
“boni
pingin sekolah mak” boni menangis merengek, tapi kalah atas amarah emaknya.
Bu
Rina hanya bisa diam kejadian seperti itu sering terjadi percuma saja jika bu
Rina membantu Boni untuk tetap berada pada ruangan itu malah semakin membuat amarah
emaknya bertambah satu level. Teman-temannya hanya bisa melihatnya saja tanpa
bisa membantu.
Boni
memang ingin belajar di ruangan itu. Tapi, atas keinginan emaknya untuk
membantunya berjualan di pasar, boni tidak bisa berkutik. Sering sekali boni
kabur untuk menyempatkan pada ruangan gubuk itu. Namun, selalu tak beruntung.
Gubuk
itu seluas 3x4 meter dengan temboknya yang terbuat dari kayu-kayu dengan bentuk
dan ukuran serta jenis yang berbeda, gubuk 1 ruangan itu hanya berisikan 5
bangku dan 5 kursi panjang sehingga
mereka duduk sesakan dan 1 buah papan tulis kapur yang sudah usang. Banyak ilmu
yang sudah tersampaikan lewat gubuk itu, mulai dari ilmu agama sampai ilmu
pengetahuan alam dan banyak ilmu tentang makna positif tentang sebuah cerita.
15
belas anak termasuk boni, ingin sekali berlama-lama di gubuk itu mendengarkan
dongeng dan cerita yang ujungnya bisa ditarik kesimpulan atas makna kehidupan.
Cerita yang selalu diceritakan Bu Rina membuat 15 anak tadi semakin tertarik
mengikuti pelajaran. Gubuk itu di beri nama ‘Gubuk Ilmu’.
Ikret…kret….sreeeet….tuk.
bu Rina menggoreskan kapur tulis ke
papan hitam, membentuk sebuah kata ‘Semut’. Setelah emaknya boni keluar dari
gubuk itu. “anak-anak coba baca tulisan di papan” teriak bu Rina agar 14 anak
yang berada di dalam ruangan itu mendengarnya.
Anak-anak sulit sekali mengeja tapi
bu Rina salalu sepenuh hati membantu mereka. “s-e se m-u mu t, semut…apa
anak-anak?”
14 anak berteriak beriringan meniru
perkataan bu Rina sedikit berusaha mengeja dengan benar.
“ada apa dengan semut ibu” teriak
seorang anak yang mengacungkan tangan sambil berdiri, anak itu bertubuh kecil
dengan kaos abu-abu yang longgar, Celo.
“ada yang tahu semut itu apa?”
“hewan bu” sahut anak yang berada
di ujung paling belakang. “hewan pengigit bu” sahut anak yang berbeda di bangku
depan. “hewan usil nakal penggangu bu” seorang anak bertubuh besar dengan rabut
hitamnya. “itu mah kamu” seorang anak perempuan bersuara cempreng menyahuti
perkataan anak bertubuh gemuk tadi, sontak seisi kelas tertawa riuh, memang
anak yang bertubuh besar itu adalah anak paling usil se desa, namanya Rafi.
“sudah sudah… apa kalian tahu apa
nilai positif yang dapat kita ambil dari tingkah laku semut” kata bu Rina
lembut berusaha meredamkan tawa.
“kan semut itu nakal bu mana ada
nilai positif yang dapat diambil” kata Rafi.
“jelas ada lah mana mungkin bu rina
bertanya kalau tidak ada, iya kan bu?” sahut anak perempuan dengan suara
cempreng bernama Rere.
“coba apa?” sahut Rafi mencibir
Rere.
“apa yah?” jawab Rere sambil
telunjuknya mengarah ke pelipisnya, berusaha berfikir. Tingkah pola Rere
membuat seisi ruangan tertawa.
“saya tahu bu” teriak seorang anak
yang mengacungkan tangan sambil berdiri. Semua mata terarah kepada anak itu.
Yah dia adalah Celo, yang paling mengerti banyak hal dari semua temannya rasa
ingin tahu yang kuat membuat Celo mengerti banyak hal.
“cobak apa Celo?” tanya Bu Rina,
seisi kelas memandang Celo lamat-lamat.
“kakek pernah cerita tentang tiga
semut tangguh yang mencari makan di tempat yang jauh dari desanya…dari situ
saya dapat mendapatkan nilai positif dari seekor semut…semut itu hewan yang
tangguh, hewan yang sangat peduli dengan kawannya, semut juga suka sekali
dengan gotong royong membawa cadangan makanan dari tempat yang jauh dibawa ke
desanya”
“bagus celo.. tepuk tangan untuk
celo” kata bu Rina. Semua bertepuk tangan untuk Celo.
“ibu tahu bagaimana cerita yang
Celo katakan?” tanya Rere.
“ibu tahu dong itu cerita sudah
lama saat ibu masih seumuran kalian”
“ayo ceritakan” seru Rere dan di
sahut oleh beberapa anak yang sama antusiasnya dengan Rere.
“ibu ceritakan besok yah sekarang
sudah sore waktunya kalian pulang nanti di rumah jangan lupa… apa anak-anak?”
“cium tangan ayah bunda” sahut
anak-anak seisi gubuk berteriak beriringan.
Esoknya pukul 3 sore, Celo sangat
bersemangat sekali karena adalah waktunya pergi ke-Gubuk Ilmu. Dengan membawa
sebuah buku tulis dan sebuah pencil yang sangat kecil sekali. Sampai akhirnya
di tempat dimana Gubuk Ilmu berada, Celo tidak menemukan Gubuk itu. Melainkan gubuk
itu sudah rata dengan tanah hanya menyisakan 1 bangku yang masih kokoh di
tengan rerutuhan gubuk.
Celo mersa sedih padahal bu Rina
berjanji bahwa hari ini akan menceritakan cerita yang dulu pernah didengar
lewat kakeknya. Siapa orang yang berani manghancurkan Gubuk Ilmu yang sudah 3
bulan Celo dan teman-temannya meraih ilmu di sana.
Sentuhan lembut di bahu Celo,
sontak Celo memalingkan pandanganya untuk melihat siapa yang memegang bahunya.
Yang memegang bahu Celo adalah bu Rina. Wajah bu Rina juga tampak sedih sekali.
Menatap gubuk itu.
Penuh tanda tanya di kepala Celo
siapa yang menghancurkan Gubuk Ilmu. Celo ingin bertanya kepada bu Rina atas
apa yang terjadi pada Gubuk Ilmu.
“Bu Gubuk ilmu kenapa? Dan yang
lain kemana bu?”
“Celo Gubuk Ilmu roboh karena
tiang-tiangnya tidak kuat lagi menopang.. teman teman kamu mungkin sedang
membantu orang tuanya”
“bukanya tianganya selalu di ganti
oleh pak Rohman setiap bulannya dan tiang ini kan baru berjalan satu minggu
mana bisa tingang itu bisa membuat gubuk ilmu roboh”
“tak semua tiang itu sekuat yang
celo banyangkan”
“tapi setahu celo semua tiang itu
kokoh bu”
“tampak luar memang kokoh tapi kita
tak tahu dalamnya bagaimana”
“kenapa ibu tak minta pak kades
untuk membangun gubuk kami bu?… ibu sudah berjanji akan bercerita tentang tiga
semut tangguh”
“sudah lah kamu pulang saja membatu
ibu Celo berjualan di pasar…kamu kan sudah tahu ceritanya bagaimana?”
“tapi yang lain kan tidak bu”
“kamu tahu nilai positif dari semut?”
Celo mengingat kembali apa yang di
akatakan kemarin, lalu Celo berlari meninggalkan bu Rina. Bu Rina tampak
bingung. “Celo kamu mau kemana?”
“Celo mau cari teman-teman bu”
Celo berlari sekuat tenaganya
menuju rumah temannya, yang pertama kali dia hampiri adalah rumah Rere, karena
Rere adalah sahabat Celo.
“Rereeee…”
“iya…eh Celo kenapa?...sebentar
kamu kenapa bawa buku tulis”
“tadi aku ke Gubuk Ilmu tapi gubuk
ilmu roboh, kata bu Rina tiangnya tak kokoh”
“bukan begitu ceritanya cel…silakan
masuk akan aku ceritakan di dalam bagaimna cerita sebenarnya”
“maksudnya?”
“sudahlah masuk dulu”
Celo dengan rasa sedikit penasaran,
otaknya yang di penuhi pertanyaan apa maksud dari Rere bicara seperti itu. Celo
pun masuk ke rumah Rere.
“duduk lah”
“ceritakan padaku Re?!”
“jadi begini…ibunya boni kemarin
bicara kepada pak kades katanya Gubuk Ilmu membuat Boni berani kepada emaknya
dan ibu Boni tidak setuju dengan berdirinya Gubuk Ilmu, sehingga pak Kades membuat
langkah untuk menghancurkan gubuk itu supaya tidak ada pengaruh buruk kepada
penerus bangsa”
“tapi kitakan di sana menemukan
banyak ilmu…yang dikatakn emaknya Boni itu salah sangat salah sekali!”
“sudalah Cel tak ada gunanya
prinsip emaknya Boni hanya satu, ingin anaknya membantunya di pasar”
“tapi bukan berarti harus
menghancurkan Gubuk Ilmu”
“orang tuaku juga tidak setuju atas
merobohkan Gubuk Ilmu tapi mau bagaimana lagi itu perintah dari pak kades”
“orang tuaku juga pasti tidak…aku harus bicara kepada pak
kades”
“sudahlah Cel tak ada gunanya kita
ini masih umur sembilan tahun apalah daya pak kades tidak akan menggubrisnya”
“kalau begitu kita bangun kembali
Gubuk Ilmu”
“Caranya? kita hanya dua orang”
“kamu tahu nilai positif tingkah
laku Semut?”
“yah aku tahu kemarin kamu bilang
kan di gubuk”
“lah oleh sebab itulah aku ke rumah
kamu Re”
“kita ajak siapa lagi Cel”
“Rafi..Siti…Romi…Tata dan yang
lain…oh jangan lupa pak Rohman dan bu Rina”
“oke aku izin ke ayah ibu dulu yah”
Rere berpamitan kepada ayah ibunya,
bahwa akan mencoba membangun kembali Gubuk Ilmu. Untungnya orang tua Rere
setuju atas yang akan Celo dan Rere lakukan. Celo juga pamit kepada ayah
bundanya responya mereka juga setuju.
Untuk pertama yang akan diajak
adalah Rafi dia mungkin bisa membantu karena tubuhnya besar. Tetapi rumah Rafi
kosong. Rere menyarankan mungkin Rafi di sawah membantu emak bapaknya. Rere dan
Celo pun berlari menuju sawah emak bapak Rafi berada, dan benar adanya bahwa
rafi telah berada di sana sedang duduk melihat emak bapaknya bekerja menanam
padi.
“Raf sudah tahu tentang Gubuk Ilmu”
teriak Rere sontak Rafi terkejut melihat Rere berada di sawah milik orang
tuanya.
“tahu tadi emak cerita”
“ayo kita bangun kemabali”
“sudahlah kita kumpulin teman-teman
nanti kita bangun kembali dengan sifat semut”
“sebentar sifat semut yang mana?”
tanya Rafi yang sedikit bingung, dan mengingat-ingat. “oh aku tahu kita bangun
Gubuk Ilmu dengan gotong royong”
“nah ayo pergi kita cari teman yang
lain”
“emak bapak Rafi pergi dulu yah”
teriak rafi agar orang tuanya mendengarnya
“mau kemana kamu?”
“mau cari pasukan semut” jawab
Rafi. Dan orang tuanya tampak bingung. Begitu pula Rere dan Celo yang menatap
Rafi bingung.
“kenapa?” tanya Rafi kepa Celo dan
Rere.
“maksudnya” tanya Celo.
“anggap saja kita ini tiga semut
tangguh yang mencari pasukan semut untuk membangun Gubuk Ilmu kembali…yah,
walaupun sebenarnya aku tidak tahu cerita yang sebenarntya” jawab Rafi. Celo
dan Rere geleng-geleng tak menyangka anak se usil Rafi memiliki otak yang di
luar dugaan mereka. “kenapa diam ayo pergi!”
Teman-teman yang lain akhirnya
terkumpul walaupun tak semuanya hanya 10 dari 15 anak yang terkumpul mereka
akhirnya mencari pak Rohman di pasar dan mencari bu Rina ke rumahnya. Dengan
sekuat tenaga meyakinkan pak Rohman dan bu Rina agar bisa membangun kembali
Gubuk Ilmu.
Awalnya bu Rina dan pak Rohman
tidak setuju tapi melihat semangat Celo, Rafi dan Rere serta teman-temanya
membuat hati mereka luluh. Dengan seadanya uang yang terkumpul. Dari celengan
Celo, Rafi dan Rere serta teman-temanya, dan tabungan pak Rohman dan bu Rina.
Serta mengumpulkan dari sisa-sisa kayu dari Gubuk. Baru semua bahan terkumpul
tapi waktu sudah menjelang malam mereka memutuskan untuk membangun kembali
Gubuk besok pagi.
Esok paginya pukul 5 saat matahari
belum tampak mereka sudah berkumpul di tanah bekas Gubuk Ilmu. Mereka bergotong
royong membangun kembali Gubuk Ilmu. Rafi sanggup membawa 3 potong kayu
sekaligus dibawanya sendiri. Sedangkan yang lain 3 potong kayu harus dibawa
oleh 3 sampai 4 anak. Pak Rohman bagian memotong serta memalu keranggka gubuk.
Sedangkan bu Rina serta anak perempuan. Membuat atap dari jerami yang disatukan
serta sehingga terbentuk lembaran-lembaran, dari olembaran-lembaran itu bisa
dibuat atap bangunan.
Seharian penuh mereka
bergotong-royong membangun Gubuk Ilmu. Akhirnya Gubuk pun berdiri megah dari
gubuk sebelumnya yang dulu telah roboh. Pak rohman juga telah membuat 15 bangku
dengan 5 kursi panjang serta 1 bangku untuk meja guru. Kini kita tidak akan
sempit-sempitan lagi belajar di Gubuk Ilmu.
Anak-anak bersuka ria masuk kedalam
gubuk begitu juga pak Rohman dan Burina yang tersenyum melihat anak-anak
bahagia. Gubuk Ilmu kembali terbangun.
“hancurkan gubuk itu?” suara dari
seorang gerombolan orang dewasa di luar gubuk. Sontak anak-anak berhambur
keluar melihat apa yang telah terjadi.
“ada apa ini” kata pak Rohman.
“halah kau sudah meracuni otak anak
kita…” teriak sorang bapak dengan membawa celurit di tangannya “ siti sini
cepat kemari” siti hanya diam dia tidak ingin meninggalkan Gubuk Ilmu. “tuh
anak saya saja tak mau meninggalkan Gubuk sialan itu”
“siti cepat ke ayah kamu, kamu
ingat pesan ibu dulu turuti kata orang tua kamu kalau itu benar” bu Rina
membisik kepada siti.
“tapi..” sahut Siti. “sudahlah
cepat”
Dengan berat hati siti menghampiri
ayahnya.
“bakar gubuk itu” teriak seorang
ibu dengan membawa sebuah obor di tanganya, sontak Celo dan teman-temanya
merapat bersembunyi di belakang tubuh pak Rohman dan bu Rina.
“TUNGGU!!!” teriak dari seorang pria paruh baya. Dia
adalah ayah Celo. “jangan ada yang berani melangkah di tanah kakek kami”
Orang-orang tampak bingung. Dan
amarah mereka sedikit meredam. Celo danteman-temannya masih bersembunyi di
belakang tubuh pak Rohman dan bu Rina.
“biarkan mereka menempuh ilmu, di
desa kita mana ada sekolah! lantas kalian bisa bayangkan bagaimana anak kalian
kalau tanpa ilmu, hidup kalian tidak akan maju”
“tapi Rohman dan Rina mengajarkan
ilmu yang benar apakah kalian tidak merasakan perbedaan setelah mereka pulang
dari Gubuk Ilmu ini…” kata ayah Rere.
Orang-orang tampak berpikir.
“tidak kah anak kalian sepulang
dari sini mencium tangan kalian dengan santun?..apakah itu salah?”
Mereka berbisik-bisik dan amarah
mereka akhirnya mereda. “benar juga pak gubuk ini harus tetap berdiri” kata
ayah Siti dan melapas Siti supaya kembali ke Gubuk.
Orang pergi dengan pikiran jernih.
Celo dan teman-temanya berterimah kasih kepada ayah Celo begitu juga pak Rohman
dan bu Rina.
Pukul 3 esok harinya mereka kembali
berkumpul di Gubuk Ilmu 15 anak termasuk Boni yang sudah diberi izin oleh
ibunya untuk kembali belajar di Gubuk Ilmu. Pak Kades juga setuju dan
menjanjikan bahwa Gubuk Ilmu akan di bangun kembali, menjadi bangunan permanen.
Nntinya akan dijadikan sekolah pertama di Desa.
Sesuai janji bu Rina dulu, bu Rina
bercerita tentang 3 semut tangguh dan pasukan semut. Tanpa disadari 3 semut
tangguh dan pasukan semut adalah Celo, Rafi dan Rere serta temannya untuk
membangun Gubuk Ilmu.
Selesai.