Rabu, 30 November 2016

Hujan Kenangan (CERPEN)

 Hujan Kenangan
Banyak yang beranggapan bahwa sesuatu yang sulit adalah mengharapkan sesuatu yang telah pergi untuk kembali lagi.
Aku ingin sekali keluargaku kembali seperti dulj lagi. Ketika hujan turun kita semua berkumpul di ruang tengah menatap perapian dan ditemani dengan secangkir teh hangat serta cerita dongeng dari ayah maupun ibu.
Kini semua telah menjadi sebuah kenangan. Aku kini tinggal bersama teman-temanku yang senasib denganku. Aku anak 9 tahun yang hidup tanpa kedua orang tua. Yah... aku anak yatim piatu yang selalu berharap akan bertemu dengan keluarga baru.
Tapi aku tak memperdulikan itu. Kini aku sudah berkumpul dengan orang yang senasip denganku dan merekalah keluargaku sekarang.

Saat hujan tiba sebagian dari keluar untuk bermain air hujan yang datang bebarengan dari atas awan. Berlari kesana-kemari mengungkapkan imanjinasi yang ada dipikiran kami. Ada juga sebagian anak bermain bola.
Tertawa yang lebar melepas semua cerita yang menjadi pahit itu. Tanpa ada beban. Hujan ini seperti seketika menghilangkan derita.
Tak pedulikan dingin yang menyelimuti tak peduli baju yang basah kuyup tak peduli air yang kotor menjadi lumpur karena tanah yang tercampur air.
Banyak yang kita temukan ketika kita bermain hujan di halaman. Tak jarang ada ikan-ikan kecil yang hanyut terbawa banjir kecil. Ada barang barang yang hilang bisa di temukan disini seperti kancing baju ntah milik siapa tergeletak di atas tanah sendiri, kancin sekecil itu bisa menjadi hal yang sangat luar biasa ketika imajinasi merajalela.
Dulu sebagian anak disini mungkin sama sepertiku. Bermain hujan didepan rumah bersama dengan orang tua. Orang tua mungkin tak mengerti imajinasi anaknya tapi mereka berusaha mewujudkan imajinasi itu menjadi terlihat nyata. Seperti aku yang ingin menaiki kuda dengan sangat tangguh ayah menyuruhku menaiki pundaknya. Ayah menggendongku di pundak seolah ia adalah se ekor kuda dan ibuku menjadi orang yang mengejar si kuda yang aku tinggangi tersebut. Tapi setelah lama berada dibawah hujan bibirku lama-kelamaan menjadi biru keunguan dan ketika itu ibu menyuruhku untuk kebali kerumah. Ntah apa yang terjadi jika aku masih tetap berada di bawah hujan.
Sama seperti saat di panti asuhan setelah sekian lama kami bermain hujan mereka selalu berteriak untuk menyurh kami berhenti bermain.
Hujan sepertinya menginginkanku untuk kembali berharap agar aku menangisi semua yang tejadi kepada orang tuaku.

suadah ada dalam wattpadku yang berjudul gerimis. 

Ketika Hujan Telah Reda (CERPEN)


SELAMAT DATANG

Perkenalkan nama saya Aila Radit, saya lahir di kota lamongan. Saya maju dan berkembang besama dengan pembaca setianya bernama AilaReaders

intermezo saja, blog ini berisikan semua karya saya selama bergelut di dunia sastra. mulai dari Cerpen Sampai puisi. dan masih banyak lagi yang berhubungan dengan duunia kesusastraan.

semoga mensinspirasi......